Thursday, October 9, 2025

Mitos Meritokrasi Dalam Dunia Pendidikan


gambar : www.thriveglobal.com


Makalah yang menarik dan provokatif ini, berjudul “You Need to be More Responsible”: The Myth of Meritocracy and Teachers’ Accounts of Homework Inequalities, menyelidiki bagaimana para pendidik memahami dan menjelaskan kesenjangan yang terkait dengan pekerjaan rumah (PR), khususnya PR matematika. Studi etnografi longitudinal terhadap guru sekolah dasar dan menengah ini mengungkap penemuan krusial: meskipun para guru menyadari adanya ketidaksetaraan struktural (misalnya, perbedaan status sosial ekonomi atau SES) dalam kehidupan siswa mereka, mereka secara rutin menggunakan mitos meritokrasi untuk menjelaskan perbedaan kinerja PR. Mitos ini menganggap keberhasilan sebagai hasil dari kompetensi, upaya, dan tanggung jawab individu, mengabaikan tantangan struktural yang dihadapi siswa. Oleh karena itu, bagi para guru dalam penelitian ini, perjuangan siswa dengan PR dianggap sebagai produk dari kurangnya motivasi, upaya, atau tanggung jawab siswa (dan, di tingkat dasar, orang tua).

Penafsiran yang berpusat pada individu ini memiliki implikasi serius terhadap praktik pengajaran di kelas. Dengan menyamakan kesulitan PR dengan kurangnya tanggung jawab, para guru membenarkan praktik PR yang justru memperkuat ketidaksetaraan status. Praktik ini terlihat dalam berbagai cara: para guru sering kali memberikan PR yang terlalu sulit untuk diselesaikan siswa secara mandiri dan mengandalkan dukungan yang tidak merata di rumah. Lebih lanjut, mereka menghukum siswa yang sering gagal memenuhi ekspektasi PR—bahkan ketika guru menyadari tantangan di rumah—dan mencap kegagalan itu sebagai "keputusan" yang buruk atau kurangnya tanggung jawab. Sebaliknya, siswa yang secara konsisten memenuhi ekspektasi (yang sering kali merupakan siswa SES tinggi dengan dukungan orang tua yang kuat) menerima hadiah, pujian, atau bahkan perlakuan istimewa, seperti poin bonus atau izin untuk melompati tugas.

Kesimpulannya, studi ini menyoroti bagaimana mitos meritokrasi berfungsi sebagai lensa berbahaya yang mengaburkan akar struktural ketidaksetaraan dan membenarkan praktik yang memperburuknya di sekolah. Makalah ini menyerukan agar para pendidik tidak hanya menyadari akar struktural ketidaksetaraan—karena kesadaran saja tidak cukup untuk mengubah praktik—tetapi juga secara aktif mendisrupsi kepercayaan mereka terhadap mitos meritokrasi. Implikasinya mencakup rekomendasi penting bagi sekolah untuk mengadopsi alternatif yang lebih adil, seperti menghindari PR yang terlalu menantang bagi siswa untuk diselesaikan secara independen, dan berhenti memperlakukan PR sebagai indikator tanggung jawab individu. Bagi siapa pun yang tertarik pada keadilan pendidikan, makalah ini menawarkan wawasan mendalam mengapa praktik sekolah yang diterima begitu saja—seperti PR—dapat terus mereproduksi dan menormalkan ketidaksetaraan.

download


No comments:

Post a Comment